''Pendekatan Ilmu Sosial dan Humaniora dalam Studi Islam''
Islam adalah agama yang mengimani
satu Tuhan yaitu Allah. Islam sangat berpengaruh terhadap ilmu pengetahuan dan
humaniora sejak zaman dahulu.
A. Pengertian
pendekatan Ilmu Sosial Dan Humaniora dalam Studi Islam
Secara
terminologi ilmu merupakan terjemah dari dalam bahasa inggris science. Istilah science berasal
dari bahasa latin scientia yang berarti pengetahuan.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh The Liang Gie ilmu dipandang sebagai kumpulan
pengetahuan sistematis, metode penelitian, dan aktivitas penelitian.
Sedangkan,
menurut etimologi ilmu pengetahuan (science) adalah pengetahuan (know
ledge) yang tersususn sistematis dengan menggunakan kekuatan pemikiran,
pengetahuan selalu dapat diperiksa dan ditelaah (dikontrol) dengan kritis oleh
setiap orang lain yang ingin mengetahuinya. (Supardan Dadang, Pengantar
Ilmu Sosial, Jakarta:Bumi Aksara,2013 hal 43-44)
Jadi,
tidak semua pengetahuan itu adalah ilmu sebab ilmu hanya terbatas pada
pengetahuan yang diperoleh secara sistematis. Ilmu harus melalui penataan
pengetahuan secara sistematis. Haruslah ilmu menggunakan metode ilmiah.
Pengertian
ilmu sosial merupakan suatu konsep akademik yang memberikan perhatian pada
aspek-aspek kemasyarakatan manusia. Bentuk tunggal ilmu sosial menunjukkan
sebuah komunitas dan pendekatan yang saat ini hanya diklaim oleh beberapa orang
saja; sedangakan bentuk jamaknya, ilmu-ilmu sosial mungkin istilah tersebut
merupakan bentuk yang lebih tepat. Ilmu-ilmu sosial mencakup sosiologi, antropologi,
psikologi, ekonomi, geografi sosial, bahkan sejarah walaupun disatu sisi ia
termasuk ilmu humaniora. (ibid)
B. Pendekatan
Ilmu Sosial: (a) Pendekatan Sosiologi; (b) Pendekatan Antropologi; (c)
Pendekatan Sejarah.
Umumnya,
orang sependapat bahwa ilmu sosial terletak di antara ilmu alam dan ilmu
budaya. Hanya saja orang berbeda pendapat mengenai letak yang sebenarnya,
apakah ilmu sosial lebih dekat kepada ilmu alam atau ilmu budaya. Sebenarnya
banyak pendekatan-pendekatan untuk memahami ilmu sosial dalam materi ini untuk
itu kami membahas tiga saja:
1. Pendekatan
Sosiologi
Sosiologi
merupakan sebuah kajian ilmu yang kaitannya dengan aspek hubungan sosial manusia
antara satu dengan yang lain atau kelompok yang satu dengan yang lain. Sosiologi
menitikberatkan pada sistem sosial (masyarakat) yang kompleks, sedangkan
antropologi menitikberatkan masyarakat yang erat kaitannya hubungan kekerabatan
(masyarakat sederhana). Sosiologi merupakan ilmu sosial yang obyeknya adalah
masyarakat yang bersifat empiris (pengamatan sesuai fakta) , teoritis (abstraksi
dari pengamatan) dan kumulatif (argumen yang disusun sesuai teori yang sudah
ada).
Dalam
kajian Islam, persoalan muamalah (hubungan dengan manusia) merupakan dimensi
agama yang menekankan urusan sosial. Masalah sosial sangat penting didalam
Islam. Hal ini menjadi menarik untuk dipelajari dan dipahami. Contoh dalam
pendekatan sosiologi adalah dari dua puluh kitab fathul bari, hanya
empat jilid yang berisi tentang ibadah. Sedangkan enam belas yang lainnya
berisi tentang muamalah.
1. Pendekatan
Antropologi
Antropologi
adalah ilmu tentang manusia dan kebudayaan. Kebudayaan adalah keseluruhan
pengetahuan manusia yang diperoleh sebagai makhluk sosial yang digunakan untuk
memahami dan menginterpretasikan pengalaman dan lingkungan dan mendasari serta
mendorong tingkah laku. Antropologi memperhatikan terbentuknya pola-pola
perilaku manusia dalam tatanan nilai yang dianut dalam kehidupan.
Kebudayaan
mencakup tiga aspek yaitu pemikiran, kelakuan dan hasil kelakuan. Kebudayaan
manusia pada dasarnya adalah serangkain aturan-aturan atau
kategorisasi-kategorisasi, serta nilai-nilai. Kebudayaan bukan hanya ilmu
pengetahuan saja, tetapi juga hal-hal yang buruk, bahasa, dan lain sebagainya.
Unsur-unsur kebudayaan meliputi: sistem sosial, bahasa, komunikasi, agama,
ekonomi dan teknologi, politik dan hukum. Yang termasuk penelitian
budaya adalah penelitian tentang naskah-naskah, alat-alat ritus keagamaan,
sejarah agama, nilai-nilai dari mitos-mitos yang dianut pemeluk agama, dan lain
sebagainya.
Dalam konteks sebagai metodologi, antropologi merupakan ilmu
tentang masyarakat dengan titik tolak dari unsur-unsur tradisional, mengenai
aneka warna, bahasa dan sejarah perkembangannya serta persebarannya , dan
mengenai dasar-dasar kebudayaan manusia dalam masyarakat. Memahami Islam secara
antropologi memiliki makna memahami Islam berdasarkan hal-hal tersebut diatas.
Contohnya adalah dalam memahami kisah atau cerita di dalam kitab Al-Quran yang
dianalisis dengan pendekatan antropologi. (Mudzar Atho, Pendekatan Studi
Islam Dalam Teori dan Prakter, Yogyakarta : Pustaka Pelajar. 2011. Halaman
43-44)
2. Pendekatan
Sejarah (Historis)
Secara
bahasa, sejarah mempunyai arti cerita suatu rekonstraksi (cerita atau hasil
penelitian yang sama namun maknanya berbeda) atau juga kumpulan gejala empiris
masa lampau. Ilmu sejarah mengamati proses terjadinya prilaku manusia.
Sistematisasi langkah-langkah pendekatan metode sejarah sebagai berikut:
1. Pengumpulan
objek yang berasal dari suatu zaman dan pengumpulan bahan-bahan tertulis dan
lisan yang relevan.
2. Menyingkirkan
bahan-bahan yang tidak otentik (kritik atau verivikasi).
3. Menyimpulkan
kesaksian yang dapat dipercaya berdasarkan bahan-bahan otentik.
4. Penyusunan
kesaksian yang dapat dipercaya berdasarkan kisah atau penyajian yang berarti.
Objek
penelitan agama dalam persefektif sejarah akan lebih mudah bila didasarkan pada
periodisasi sejarah Islam sebagaimana yang telah dikembangkan oleh para ahli
seperti Ira M. Lapidus, Philip K. Hitti, dan lain sebagainya.
Jika
hukum dipelajari dengan menggunakan pendekatan analisis sejarah, maka orang
menjadi terbuka terhadap perubahan dan pembaharuan hukum. Orang tidak lagi akan
memegang teguh pendirian bahwa hanya sesuatu aliran hukum sajalah yang benar
dan berlaku disemua tempat dan sepanjang waktu. Dengan menggunakan analisis
sejarah, akan terlihat universal pada hukum Islam adalah dasar dan tujuannya.
Dasarnya ialah tauhid yang tidak ada seorang muslim pun mengingkarinya dan
tujuannya adalah kemaslahatan umat dalam upaya mencapai kebahagiaan dunia dan
akhirat. Perbedaan satu aliran dan aliran yang lain akan membawa maslahat bagi
umat.(Khoiriyah, Metodologi Studi Islam, Yogyakarta : Penerbit Teras .
2013 . halaman 23-24)
C. Pendekatan
Humaniora: (a) Pendekatan Sematik; (b) Pendekatan Filologi; (c) Pendekatan
Kebudayaan.
a. Pendekatan
Semantik
Semantik
yang bermula berasal dari bahasa Yunani mengandung makna to signify atau
memaknai sebagai istilah teknis, semantik mengandung pengertian “tetang makna”.
Dengan anggapan bahwa makna menjadi bagian dari bahasa, maka semantik merupakan
bagian dari linguistik.
Menggunakan
teori semantik dalam analisisnya. Yaitu cabang ilmu linguistik yang meneliti
arti atau makna. Seluruh pokok persoalan dalam membangun teori semantik
terletak pada ‘definisi’ tentang makna, yaitu pemikiran sistematik tentang
sifat dasar makna. Untuk memahami kategori semantik suatu kata, maka
harus diselidiki bagaimana keadaan kata tersebut, jenis sifatnya, bentuk
perbuatannya berdasarkan bahasa Arab kuno.
b. Pendekatan
Filologi
Kata
filologi berasal dari bahasa yunani philologia yang berarti cinta kepada
bahasa, karena huruf membentuk kata, kata membentuk kalimat, dan kalimat adalah
inti dari bahasa. Filologi dipakai dalam arti pengkajian teks atau penelitian
yang berdasarkan teks. (Supiana, Metodologi Studi Islam, Yogyakarta:
Penerbit Teras, 2013 halaman 88-94)
Metode filologi merupakan metode penelitian
berdasarkan analisis teks. Istilah filologi berarti suatu metode yang
mempelajari dan meneliti naskah-naskah lama untuk mengerti apa yang terdapat
didalamnya sehingga diketahui latar belakang kebudayaan masyarakat yang melahirkan
naskah-naskah itu.
Metode
ini digunakan jika sumber atau data berupa naskah atau manuskrip. Hal ini
dimaksudkan untuk mendeskripsikan secara cermat pemikiran-pemikiran yang
terdapat dalam naskah tersebut melalui analisis kosa kata yang digunakan,
nuansa-nuansa yang ada didalamnya sehingga dapat terhindar dari kesalahpahaman
pemikiran.
Metode
filologi dalam kajian Islam mempunyai keterbatasan yang diantaranya
adalah penekanan yang ekslusifitas terdapat teks atau naskah. Dunia Islam
dipahami melalui cara yang tidak langsung, yaitu tidak dengan melakukan
penelitian tentang kehidupan umat Islam yang ada di dalam masyarakatnya, yang
pada umumnya teks-teks itu berasal dari tradisi intelektual klasik milik umat
Islam. Kajian ini berfokus pada tulisan-tulisan umat Islam, bukan pada
kehidupan umat Islam itu sendiri.
c. Pendekatan
Kebudayaan
Ada
tiga istilah yang semakna dengan kebudayaan, yaitu culture,
civilization, dan kebudayaan. Term kultur berasal dari bahasa Latin,
yaitu dari kata cultura. Arti kultur adalah memelihara, mengerjakan
atau mengolah. Soerjono Soekanto mengungkapkan hal yang sama, namun ia
menjelaskan lebih jauh bahwa yang dimaksud dengan mengolah atau mengerjakan sebagai
arti kultur adalah mengolah tanah atau bertani. Atas dasar arti yang
dikandungnya, kebudayaan kemudian dimaknai sebagai segala daya dan kegiatan
manusia untuk mengolah dan mengubah alam.
Kebudayaan
mempunyai pengaruh yang sangat besar bagi manusia dan masyarakat. Berbagai
kekuatan yang dihadapi manusia seperti kekuatan alam dan kekuatan-kekuatan
lainnya tidak selalu baik baginya. Hasil karya masyarakat melahirkan teknologi
atau kebudayaan kebendaan yang mempunyai kegunaan utama dalam melindungi masyarakat.
Teknologi paling sedikit meliputi tujuh unsur, yaitu alat-alat produktif,
senjata, wadah, makanan dan minuman, pakaian dan perhiasan, tempat berlindung,
dan alat-alat transportasi.
Konsep
mengenai kebudayaan yang dikemukakan seperti tersebut diatas itulah yang dapat
digunakan sebagai alat atau kacamata untuk mendata dan mengkaji serta memahami
agama. Bila agama dilihat dengan menggunakan kacamata agama, maka agama
diperlakukan sebagai kebudayaan; yaitu: sebagai sebuah pedoman bagi kehidupan
masyarakat yang diyakini kebenarannya oleh para warga masyarakat tersebut.
Agama dilihat dan diperlakukan sebagai pengetahuan dan keyakinan yang dipunyai
oleh sebuah masyarakat; yaitu, pengetahuan dan keyakinan yang kudus dan sakral
yang dapat dibedakan dari pengetahuan dan keyakinan sakral dan yang profan yang
menjadi ciri dari kebudayaan.
D. Pendekatan Sosial Humaniora Dalam Studi Islam
Dalam mencapai kesempurnaan kehidupan, setiap individu memiliki
akal yang lazim disebut pikiran dan perasaan yang memungkinkan munculnya
tuntutan-tuntutan hidup manusia yang lebih daripada tuntutan makhluk hidup lain
dan memungkinkan munculnya karya-karya manusia.
Berdasarkan uraian diatas dapat kita ketahui bahwa tujuan dari
pendidikan humaniora adalah untuk membimbing manusia seutuhnya dan
mengembalikan nilai-nilai kemanusiaan yang semakin terkikis untuk kehidupan
yang lebih sempurna.
- A. Pengertian Humaniora
Menurut bahasa latin, humaniora disebut artes liberales yaitu
studi tentang kemanusiaan. Sedangkan
menurut pendidikan Yunani Kuno, humaniora disebut dengan trivium yaitu
logika, retorika, dan gramatika. Pada hakikatnya humaniora adalah ilmu-ilmu
yang bersentuhan dengan nilai-nilai kemanusiaan yang mencakup etika, logika, estetika,
pendidikan pancasila, pendidikan kewarganegaraan, agama fenomenologi.
- B. Pentingnya Mempelajari Pendidikan Humaniora
A. Berbagai
macam kasus kekerasan yang terjadi di dalam kehidupan bermasyarakat, tindakan
anarkis dan pelanggaran nilai kemanusiaan bahkan sudah menjadi keseharian.
Indikatornya adalah pendidikan belum berperan signifikan dalam proses membangun
kepribadian bangsa yang berjiwa sosial dan kemanusiaan. Tampaknya, manusia
harus lebih “dimanusiakan” lagi. Keterpurukan bangsa yang berlarut-larut
juga berhubungan dengan kegagalan pendidikan di masa lalu yang mengakibatkan
terjadinya proses dehumanisasi (perilaku merendahkan orang lain dan hal
lainnya).
B.
Gagasan dan langkah menuju
pendidikan yang berorientasi kemanusiaan merupakan salah satu upaya
mengembalikan nilai-nilai kemanusiaan yang semakin terkikis. Melalui
pendidikan de-humaniora diharapkan manusia dapat mengenal
dirinya, kemanusiaannya yang utuh, dan tidak hanya dapat menundukkan lingkungan
alam fisik melalui kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
C.
Pada prinsipnya, pendidikan
humaniora bertujuan membuat manusiawi/untuk keselamatan dan kesempurnaan
manusia.
C. Latar Belakang Pendidikan Humaniora
1. Pengertian kebudayaan
Kebudayaan adalah keseluruhan
sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia untuk memenuhi kehidupannya
dengan cara belajar, yang semuanya tersusun dalam kehidupan masyarakat.
Untuk
lebih jelas dapat dirinci sebagai berikut :
A.
Kebudayaan adalah segala sesuatu
yang dilakukan dan dihasilkan manusia yang meliputi kebudayaan material dan
kebudayaan non material.
B.
Kebudayaan itu diperoleh manusia
sebagai anggota masyarakat.
C.
Kebudayaan itu adalah kebudayaan
manusia dan hampir semua tindakan manusia adalah kebudayaan.
2. Manusia sebagai pengemban nilai-nilai
Di
muka telah dijelaskan bahwa adanya akal dan budidaya pada manusia, telah
menyebabkan adanya perbedaan cara dan pola hidup di antara keduanya. Oleh
karena itu, akal dan budi menyebabkan manusia memiliki cara dan pola hidup yang
berdimensi ganda, yakni kehidupan yang bersifat material dan kehidupan yang
bersifat spiritual. Manusia dimanapun dia berada dan apapun kedudukannya selalu
berpengharapan dan berusaha merasakan nikmatnya kedua jenis kehidupan tersebut.
Hal
di atas sebagaimana kodrat dari Tuhan bahwasanya manusia memang ditakdirkan
bersuku-suku dan berbangsa-bangsa agar mereka saling mengenal. Saling mengenal
di sini diartikan bahwasanya agar mereka yang berbeda-beda itu bisa saling
melengkapi dalam artian memberi dan menerima.
Kemajuan
dan perkembangan yang hanya terbatas pada kemajuan material saja akan
menimbulkan ketidak seimbangan pada kehidupan manusia. Kehidupan mereka kurang
sempurna, dimensi di dalamnya akan hilang, karena batin mereka kosong akibatnya
tidak akan memperoleh ketenteraman, ketertiban hidup, melainkan justru dapat
lebih rusak karenanya.
Material
dan spiritual adalah dua hal yang saling melengkapi. Dua hal ini bagaikan jasad
dan ruh. Kebahagiaan material akan menunjang jasmani kita, sedangkan
kebahagiaan spiritual akan menunjang ruhani kita.
3. Manusia sebagai makhluk termulia
Kalau
kita lihat dari segi bentuk fisiknya maupun yang ada di sebaliknya, tidak
berlebihan kalau manusia menyatakan dirinya sebagai makhluk termulia. Di antara
makhluk-makhluk lain ciptaan Tuhan.
Beberapa
keistimewaan yang dimiliki manusia dibanding dengan makhluk yang lain, adalah :
a.
Manusia mampu mengatur
perkembangan hidup makhluk lain dan menghindarkannya dari kepunahan.
b.
Manusia mampu mengubah apa yang
ada di alam ini.
c.
Manusia memiliki ilmu pengetahuan
yang karenanya kehidupan mereka makin berkembang dan makin sempurna.
d.
Semua unsur alam termasuk
makhluk-makhluk lain dapat dikuasai manusia dan dimanfaatkan untuk keperluan
hidupnya.
4. Budaya sebagai sarana kemajuan dan sebagai
ancaman
Filsuf
Hegel dalam abad ke-19 membahas budaya sebagai keterasingan manusia dengan
dirinya sendiri. Dalam berbudaya, manusia tidak menerima begitu saja apa yang
disediakan oleh alam, tetapi mengubahnya dan mengembangkannya lebih lanjut. Dengan
akal dan dayanya, manusia berusaha untuk merubah sesuatu yang bersifat bahan
mentah, yang disediakan oleh alam menjadi bahan jadi yang bisa dimanfaatkan
untuk kelangsungan hidup mereka. Dengan selalu berfikir dan mencoba, menjadikan
manusia menjadi maju. Lain halnya dengan mereka yang tidak berminat untuk selalu
berfikir dan mencoba. Pasti akan terlihat sekali perbedaan antara keduanya.
Selain
sebagai kemajuan budaya juga bisa menjadi ancaman. Budaya merupakan bahaya bagi
manusia sendiri, yang dimaksud umpama teknik, peradaban, pabrik berasap, udara
yang penuh debu, kota yang kotor, hutan yang masih kotor, kediktatoran akal dan
budaya yang tamat. Baginya budaya itu menguasai, menyalahgunakan, menjajah dan
mematikan. Begitulah keadaannya jika manusia mengembangkan kebudayaannya tanpa
memperhatikan etika, akan terlihat sekali perbedaan antara pengembangan
kebudayaan yang memperhatikan etika dan yang tidak memperhatikan.
Daftar Pustaka
1. Supardan
Sadang, Pengatar Ilmu Sosial, Jakarta : Bumi Aksara, 2013
2. Mudzar Atho,
Pendekatan Studi Islam Dalam Teori dan Praktek,
Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2011.
3. Khoiriyah,
Metodologi Studi Islam, Yogyakarta : Penerbit Teras. 2013
4. Supiana, Metodologi Studi Islam, Jakarta : Direktoral Jendral
Pendidikan Islam Departemen Agama Republik Indonesia, 2009.
Komentar
Posting Komentar